Minggu, 05 Juni 2011

KREATIF MEMBAWA KE KESUKSESAN???


KREATIVITAS, banyak pakar mengajarkan pentingnya memiliki dan mengasah kreativitas. Mereka mengajarkan bahwa di saat persaingan yang sangat ketat hanya yang kreatif yang dapat terus bertahan.

Para pakar mengatakan orang-orang yang kreatif adalah mereka yang lebih cenderung memakai 'otak kanan'nya. Yaitu orang-orang yang memiliki kreativitas, imaginatif, emosional. Orang-orang seperti ini dikatakan sebagai orang-orang memimpin dan menguasai dunia.

Kebalikan dari orang-orang seperti ini adalah orang yang lebih cenderung memakai 'otak kiri'nya, atau orang-orang yang lebih condong rasional, analisis, banyak pikir-pikir, banyak pertimbangan. Orang seperti ini dikatakan sebagai orang-orang yang tertinggal dari orang yang lebih cenderung memakai otak kanan.

Orang yang lebih condong otak kanan dikatakan sebagai orang yang menguasai dunia, orang-orang yang menjadi pemimpin, menjadi pemilik usaha. Sedangkan orang-orang yang lebih condong otak kirinya dikatakan sebagai orang-orang yang hanya menjadi bawahan atau pengikut dari orang-orang yang memakai otak kanan. Mereka bisa saja berupa pegawai, karyawan, orang-orang yang menerima perintah dari orang-orang yang condong otak kanannya.

Begitu diagung-agungkannya ajaran otak kanan ini. Sehingga buku-buku, seminar-seminarnya laris manis dan menjamur di pelosok negeri.

Bagi saya, saya juga setuju bahwa orang yang kreatif, memiliki imaginasi dan emosionaldapat membawa seseorang menuju ke kesuksesan.

TAPI... Ajaran otak kanan tersebut tetap harus dilakukan untuk tujuan-tujuan yang benar.

Tujuan yang BENAR... Itu dia yang tidak termasuk dalam ajaran otak kanan. Para pakar ajaran otak kanan lebih mengagung-agungkan kata-kata kreativitas, imaginatif dan emosional sebagai sifat-sifat yang dapat memberikan kesuksesan.

Padahal sifat kreatif, imaginatif dan emosional dapat dimiliki oleh orang-orang yang benar dan juga orang-orang yang tidak benar.

Orang-orang yang kreatif, imaginatif dan emosional tapi tidak benar, bisa saja mendapatkan keberhasilan dan kesuksesan. Tapi karena perbuatannya tidak benar maka keberhasilan yang diraih bisa lenyap ketika perbuatannya yang tidak benar itu ketahuan. Nama baiknya akan rusak dan kepercayaan orang akan hilang.

Contoh-contoh orang kreatif yang tidak benar sangat banyak, berikut ini saya berikan beberapa contoh:

  • oknum pejabat bagian pengadaan bisa memakai KREATIVITASnya dalam membuat laporan meminta anggaran pengadaan
  • oknum pegawai di perusahaan lembaga keuangan yang membuat slip palsu pemindahan dana nasabah ke rekening pribadi itu juga perbuatan yang KREATIF
  • oknum pegawai pajak yang memanipulasi data juga memakai KREATIVITASnya
  • pelaku usaha bidang makanan yang memakai bahan yang tidak layak dan berbahaya demi bisa menekan biaya itu juga perbuatan KREATIF
  • kasus bubble companies yang melibatkan perusahaan-perusahaan besar dan sebuah firma akuntan publik di Amerika itu juga perbuatan yang yang KREATIF

untuk contoh-contoh lebih banyak dapat dibaca si situs-situs berita.

Oleh karena perbuatan kreatif untuk tujuan yang tidak benar itu dapat membawa kepada hilangnya kepercayaan publik, membuat malu diri sendiri dan keluarga, saya mengajak pembaca untuk untuk menggunakan otak kanan (kreativitas, imaginatif, emosional, dll) untuk tujuan-tujuan yang benar saja, sehingga kesuksesan dan keberhasilan yang kita cita-citakan dapat terwujud tanpa perlu ada rasa was-was di hati.

Sabtu, 23 April 2011

Memelihara dan Meningkatkan Amanah

Amanah/kepercayaan hanya didapat dengan perbuatan benar.

Kita memberi kepercayaan/amanah hanya kepada mereka yang kita yakini benar. Jadi begitu pula sebaliknya kita mendapat amanah karena kita berbuat benar.

Kita kehilangan amanah karena kita berbuat yang tidak benar, sebagaimana kita tidak ingin memberikan amanah kepada mereka yang berbuat tidak benar.

Rumus/formula dari amanah adalah:

Berbuat benar=memelihara tingkat amanah yang sudah ada + peluang mendapatkan amanah-amanah baru

Orang yg berbuat benar atau tidak benar dapat dilihat dari bagaimana dia memperlakukan amanah2 yg sudah ada pada dirinya.

Bila seseorang selalu berbuat benar terhadap amanah2 yang telah ada dia bisa juga disebut sebagai orang yang mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah. Kepada mereka lah kita sebaiknya memberikan kepercayaan/amanah.

Sedangkan orang-orang yang berbuat tidak benar terhadap amanah2 yang sudah ada maka dia juga dapat disebut sebagai orang2 yang mengingkari nikmat Allah. Sebaiknya kita tidak memberikan kepercayaan/amanah kepada orang2 seperti ini dan bila saat ini kita sedang memberikan dia kepercayaan sebaiknya kita menarik kepercayaan kita dari mereka.

Rumus di atas sesuai dengan firman Allah SWT berikut ini :

sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (Surah Ibrahim : Ayat 7)

Senin, 21 Maret 2011

The Power of Amanah

Pengertian Amanah

 
Pengertian Pertama
Secara umum ‘amanah’ diartikan dengan ‘kepercayaan’.
‘Orang yang amanah’ diartikan dengan ‘orang yang dapat dipercaya’
Nabi Muhammad SAW sebelum mendapat tugas menyampaikan Al Quran diberi gelar oleh orang-orang dengan sebutan Al Amin (orang yang dapat dipercaya).
Bahasa modern (bahasa Inggris) dari amanah yang biasa dipakai dalam istilah bisnis adalah credible.
Orang yang dapat dipercaya disebut dengan istilah ‘orang yang sangat credible’.
Pengertian Kedua
Dalam bahasa Arab ‘amanah’ juga memiliki arti lain, yaitu ‘TITIPAN’ atau ‘PINJAMAN’.
Dalam bahasa Indonesia orang-orang sering berkata :
“Saya tidak memiliki apa-apa. Semua yang ada pada saya hanyalah amanah atau titipan dari Allah”.
Pengertian amanah yang pertama (dapat dipercaya) dan kedua (titipan/pinjaman) tersebut, memiliki kesamaan dengan istilah modern atau istilah bisnis, yaitu ‘credit’.
Kredit (credit) berasal dari kata dalam bahasa Itali yaitu credere (percaya).
credit merupakan akar kata dari credible (kata sifat) dan credibility (kata benda).
Credit dalam istilah perbankan dapat juga berarti ‘pinjaman’ / ‘dana pinjaman’ (loan). Bank memberikan kredit hanya pada orang-orang atau perusahaan yang mereka nilai memiliki tingkat credibility yang bagus.


Sifat Amanah

Amanah atau pinjaman/titipan memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
  • dulu kita tidak memilikinya
  • nanti sewaktu-waktu akan diambil kembali oleh pemiliknya.
  • amanah apabila kita jaga dengan baik akan dapat meningkatkan tingkat amanah kita (tingkat kepercayaan pihak lain kepada kita).
  • amanah apabila tidak kita jaga dengan baik akan dapat menurunkan tingkat kepercayaan pihak lain kepada kita.
Allah berfirman :
Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali. (QS Al Baqarah 156)

 

Sang Pemilik Tunggal

 

ALLAH SANG PEMILIK TUNGGAL
ALLAH MAHA MEMILIKI
Allah swt berfirman : Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. (Al Baqarah 284)
Allah adalah pemilik segalanya. Alam semesta ini dan segala isinya adalah kepunyaanNya.
Segala yang ada di langit (angkasa) seperti matahari, bintang-bintang dan planet-planet adalah milik Allah.
Begitu juga dengan bumi ini dan segala isinya, semuanya adalah milik Allah.
Begitu juga kita manusia. Manusia terdiri dari dua bagian yaitu jasad dan ruh. Jasad manusia adalah milik Allah. Ruh manusia pun juga milik Allah.
Jasad dan ruh ini merupakan milik Allah yang Dia amanahkan (titipkan) kepada kita.
ALLAH MAHA ESA
Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. (QS Al Ikhlas 1)
Allah adalah Esa (Tunggal). Tidak ada tuhan melainkan Allah. Tidak ada sekutu bagiNya.
Allah adalah Pemilik segalanya dan Allah maha Esa.
Dalam istilah bisnis Allah dapat dikatakan dengan Pemilik Tunggal. Pemilik Tunggal dari semua ciptaanNya dan karena itu maka Allah lah yang menetapkan aturan-aturan bagi semua milikNya yang Dia amanahkan kepada kita.
Bagi diri kita (jasad dan ruh) yang Allah titipkan ini, Allah memerintahkan kita untuk menjaganya dengan cara diantaranya :
  • memberikan makan yang halal (halal dan thoyib)
  • merawatnya dengan selalu dalam keadaan suci bersih dengan mandi dan berwudhu.
  • mengisi ruh ini dengan ilmu yang bermanfaat
Demikian juga bagi amanah-amanah lain seperti keluarga (orang tua, anak, dsb), teman/lingkungan, dan sebagainya, ada aturan-aturan dari Allah untuk menjaga semua milikNya yang diamanahkan kepada kita.

Yang Maha Menentukan

ALLAH YANG MAHA MENENTUKAN
Allah swt berfirman : Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu. (Al Baqarah 20)
Allah adalah Pemilik Tunggal dan tidak ada sekutu bagi-Nya
Dalam dunia bisnis, pada suatu perusahaan pembuat aturan tertinggi adalah sang pemilik perusahaan.
Pada perusahaan perorangan maka orang tersebutlah yang menentukan aturan-aturan.
Para perusahaan persekutuan seperti CV, Firma yang menentukan adalah semua orang yang menjadi pemilik.
Pada suatu PT yang go publik, yang menentukan adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Karena Allah adalah Pemilik Tunggal dari segala ciptaanNya. maka Allah lah yang membuat aturan-aturan bagi semua yang menjadi milikNya.
Dan kepada semua milik Allah yang Dia titipkan kepada kita, harus kita rawat sesuai dengan petunjukNya. Petunjuk-petunjuk bagaimana menjaga amanah dari Allah terdapat pada Al Qur’an dan Hadits.
Kalau kita meminjam sesuatu dari seseorang maka agar amanah tersebut tetap terjaga baik, kita harus menta’ati segala yang pemiliknya instruksikan kepada kita.
Apabila kita menjalankan instruksi tersebut dengan baik maka amanah akan tetap terjaga dan tingkat kepercayaan dapat meningkat.
Namun apabila kita tidak menjalankan instruksi tersebut dengan baik maka amanah tidak akan terjaga dan tingkat kepercayaan dapat menurun.

 


AMANAH DI SEGALA BIDANG KEHIDUPAN
Setelah kita meyakini bahwa segalanya adalah milik Allah yang Esa. Maka kita harus menyadari bahwa semua ini adalah amanah dariNya yang harus kita jaga.
Ini berarti di segala bidang kehidupan kita, itu adalah amanah dari Allah yang harus kita jaga, misalnya :
  • Keluarga : istri, anak, orang tua dan sebagainya
  • Pekerjaan yang halal
  • Harta benda : uang, rumah, kendaraan dan sebagainya
  • Politik : jabatan politik itu adalah amanah.
  • Bisnis : Pelanggan adalah amanah, order-order yang didapat adalah amanah
Memang berat untuk menjaga semua yang Allah amanahkan kepada kita, Allah berfirman : Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh (QS Al Ahzab 72)


BERTAMBAH DAN BERKURANGNYA AMANAH
Al Imanu yazidu wayamkus.. yazidu bitho’ati wa yamkus bimaksiyati..
Iman itu dapat bertambah dan berkurang… bertambah dengan ta’at kepada Allah dan berkurang karena maksiyat (melanggar perintah Allah).
Semua adalah milik Allah. milik Allah yang Dia amanahkan kepada kita.
Kalau kita dapat menjaga amanah yang sudah Dia berikan kepada kita, maka bisa saja kita memperoleh kepercayaan (amanah) yang lebih besar.
Menjaga amanah Allah pada hakikatnya merupakan latihan agar kita dapat menjaga amanah yang diberikan oleh orang lain kepada kita.
Dengan Allah yang tidak terlihat saja kita bisa menjaga amanahNya apalagi dengan amanah dari orang lain yang kelihatan.
Orang-orang yang menjaga amanah Allah adalah orang-orang yang bersyukur dan orang-orang yang tidak menjaga amanah Allah adalah orang-orang yang mengingkari nikmatNya.
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim 7)
BERTAMBAH ATAU BERKURANGNYA AMANAH DARI SESAMA MANUSIA
Demikian juga dengan kepercayaan yang diberikan oleh orang lain. Kepercayaan dapat meningkat kalau kita menjaganya dan dapat hilang kalau kita melalaikannya.
Misalnya kita mendapat pinjaman sebuah motor.
kalau kita dapat menjaga titipan tersebut dengan baik maka kepercayaan pihak lain akan meningkat kepada kita, bisa-bisa kalau kita meminjam mobil kita akan diberinya.
Tapi ternyata kita tidak bisa merawat motor tersebut bahkan sebagian spare partnya kita jual untuk mendapatkan keuntungan yang sedikit lalu beberapa waktu sang pemilik meminta kembali motor tersebut. Setelah sang pemilik mengetahui keadaan motor yang dia pinjamkan kepada kita. Apakah kita akan mendapat kepercayaan lagi?
Stephen Covey dalam bukunya 7 habits menggambarkan hubungan antara kepercayaan dan kerjasama.

Image

Covey menggambarkan hubungan antara tingkat kepercayaan dan tingkat kerjasama memiliki hubungan yang erat.
secara matematik bisa dituliskan dengan :
tingkat kepercayaan = tingkat kerjasama
kalau kepercayaan meningkat maka kerjasama pun juga akan meningkat.
Tapi kalau kepercayaan turun, maka kerjasama pun akan menurun.
Contoh dalam kehidupan sehari-hari :
Seorang pemuda dan pemudi, dari tidak kenal menjadi saling kenal, karena sang pemudi percaya kepada si pemuda jadilah mereka sepasang kekasih. Beberapa waktu berlalu kepercayaan si pemudi (dan juga keluarganya) meningkat dan jadilah mereka suami-istri.
Suatu perusahaan kecil pada awalnya mendapatkan sedikit pelanggan dan sedikit order. Tapi karena perusahaan tersebut dapat menjaga kepercayaan para pelanggannya, jumlah order yang datang semakin besar, dan jumlah pelanggan pun meningkat. Akhirnya perusahaan yang semula berukuran kecil menjadi besar karena menjaga kepercayaan.


Tiga Jenis Bagan Organisasi Perusahaan



Tiga jenis bagan organisasi perusahaan dilihat dari interaksi para manusia yang ada didalamnya. Bagaimana mereka saling memandang, dan memperlakukan sesamanya yaitu:
BAGAN ORGANISASI BENTUK PERTAMA
PEMILIK/ATASAN SEBAGAI RAJA
Pada suatu perusahaan, pada bagan organisasinya yang diletakkan pada
posisi tertinggi adalah Pemilik perusahaan, bisa pemilik perorangan,
persekutuan antara beberapa orang, atau para pemegang saham.
Pada perusahaan jenis ini, pemilik (sang atasan) dipandang sebagai
raja. Raja yang harus diikuti perintahnya, dan semua orang yang ada di
‘bawah’nya harus mengikuti atau memuaskan keinginannya.
Kebanyakan dari perusahaan kebanyakan bertipe seperti ini dimana
bawahan harus dapat memuaskan keinginan atasannya.
Bagan organisasi jenis ini akan terlihat seperti berikut :

BAGAN ORGANISASI BENTUK KEDUA :
PELANGGAN ADALAH RAJA
Pada perusahaan jenis ini. Sang pemilik perusahaan mulai menyadari
akan arti pentingnya para pelanggan.
Dari uang yang dibayarkan oleh para pelangganlah sebenarnya semua
orang yang ada pada perusahaan mendapatkan uang (gaji) mulai dari
tukang sapu, karyawan sampai ke direktur dan pemilik perusahaan.
Suatu usaha yang ditinggalkan pelanggan akan segera menutup usahanya,
oleh karena itu para atasan/pemilik usaha yang mulai menyadari
pentingnya pelanggan mulai mengarahkan semua orang yang ada pada
perusahaan untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan pada para
pelanggannya.
Biasanya moto perusahaan seperti ini adalah ‘Pelanggan Adalah Raja’
Bedanya dengan type perusahaan yang sebelumnya adalah
Para pembeli ‘dimasukan’ ke dalam ‘bagan perusahaan’ dan di tempatkan
diposisi yang terhormat (paling atas)
Penjualan pada jenis perusahaan ini tidak menipu pembeli, tetapi
berjalan dengan menjaga hubungan baik, tidak menipu, tidak hit and
run, memberikan informasi yang tepat kepada pelanggan, sedangkan pada
type pertama pembeli belum tentu mendapatkan kepuasan, bisa saja
perusahaan menjual dengan menggunakan segala cara termasuk menipu pembeli
Bagan organisasi bentuk kedua ini terlihat seperti berikut :

BAGAN ORGANISASI BENTUK KETIGA :
ALLAH SWT SEBAGAI RAJA
Allah adalah pemilik alam semesta dan seisinya dan Allah itu Esa (Al
Ahad)
Allah adalah Pemilik Tunggal daripada alam raya dan seisinya ini.
Sebagai pemilik tunggal dia itu maha kuasa (Al Qodir)
Allah adalah Rajanya manusia (Al Malik : QS Annas:2 )
Pada suatu usaha hendaknya pula para manusia menjadikan Allah SWT
sebagai raja yang harus diikuti perintahNya.
Pada jenis perusahaan yang kedua yaitu ‘Pelanggan adalah Raja’ yang
banyak diterapkan oleh perusahaan-perusahaan masih ada kekurangannya
bila dipandang secara Islam, yaitu produk atau jasa yang diberikan
oleh perusahaan belum tentu produk dan jasa yang di halalkan oleh
Allah SWT.
Bagan organisasi bentuk ketiga ini akan terlihat seperti berikut :

atau ringkasnya seperti :

Pada bagan organisasi pertama dan kedua perusahaan bisa mendapatkan keuntungan. Tapi keuntungan yang didapat bisa saja hanya berupa keuntungan di dunia saja.
Pada bagan organisasi jenis ketiga, perusahaan akan bisa mendapatkan keuntungan bukan hanya keuntungan di dunia, tapi juga keuntungan di akhirat.
Pada bagan organisasi jenis pertama pelanggan tidak dianggap apa-apa dan belum tentu mendapatkan perlakuan dan pelayanan yang seharusnya.
Pada bagan organisasi jenis kedua, pelanggan adalah segala-galanya yang mendapatkan perlakuan dan pelayanan yang terbaik.
Pada bagan organisasi bentuk ketiga, pelanggan dianggap sebagai orang-orang yang dikirim Allah SWT untuk memberikan rezeki kepada kita. Pada bagan ini Aturan dan kehendak Allah lah yang diikuti sehingga bukan hanya perusahaan tetapi juga pelanggan akan mendapat balasan yang terbaik karena telah menafkahkan hartanya di jalan yang diridhoi Allah.


PELANGGAN BUKANLAH RAJA

Allah merupakan pemilik segala yang ada di langit (angkasa) dan segala yang ada di bumi.
Manusia yang merupakan ciptaan Allah adalah juga milikNya. Jasad dan ruh yang ada pada manusia merupakan milik Allah yang dititipkan kepada kita.
Sebagai makhluk yang sejatinya milik Allah, manusia tidak dapat membuat keputusan sendiri mengenai bagaimana memperlakukan jasad dan ruh yang telah diamanahkan Allah.
Segala yang ada pada manusia ataupun apapun harta yang dia miliki, itu adalah milik Allah yang diamanahkan kepada manusia.
Tidak tepat bagi manusia untuk berkata “ini perut, perut saya terserah saya mau makan apa”.
atau “ini uang, uang saya, terserah saya mau saya belikan apa”.
Diri manusia dan segala harta yang dia miliki hanyalah milik Allah yang Allah amanahkan kepada kita. Semua amanah dari Allah harus kita jaga dengan sebaik-baiknya.
Oleh karena itu kita manusia ketika melakukan suatu transaksi jual-beli sebagai seorang pelanggan, kita tidak dapat membuat keputusan sendiri.
Karena tubuh kita, jasad dan ruh ini dan juga segala yang kita miliki sejatinya adalah bukan milik kita tetapi milik Allah.
Maka dalam hal membeli produk dan jasa yang kita butuhkan kita harus mengikuti petunjuk yang telah diberikan oleh sang pemilik (Allah).
Uraian di atas menjelaskan bahwa manusia bukan lah pembuat keputusan untuk dirinya sendiri. Dalam hal jual-beli sebagai pembeli/pelanggan manusia tidak bisa mengikuti kata hatinya untuk melakukan suatu pembelian produk dan jasa. Sebagai manusia ciptaan Allah pelanggan harus mengikuti pedoman Allah dan Rasulnya dalam membeli produk dan jasa yang dia butuhkan.
Demikian pula dengan penjual. Penjual bertugas menyediakan produk dan jasa yang sesuai dengan pedoman Allah dan selalu mengingatkan pelanggan agar hanya menggunakan produk dan jasa yang halal yang diperkenankan Allah.
Transaksi jual beli yang seperti itulah yang memberikan manfaat bagi pelanggan bukan hanya manfaat di dunia tapi juga di akhirat, karena telah mengikuti pedoman Allah  yaitu menafkahkan hartanya hanya pada produk dan jasa yang dirihoi Allah.
Dan bagi penjual akan mendapatkan keuntungan, bukan hanya keuntungan di dunia tapi juga keuntungan di akhirat karena telah melakukan perniagaan yang diridhoi Allah.